Getaran yang terjadi pada badan kapal mengakibatkan
antara lain:
- menciptakan gangguan hingga mengurangi kemampuan
operasi atau bahkan menimbulkan kerusakan pada komponen kapal
- objek dari kapal yang bergerak dengan frekwensi
tinggi dapat menimbulkan kebisingan
- menjadi gangguan kenyamanan personel di atas kapal.
- menjadi gangguan kenyamanan personel di atas kapal.
Sesuai dengan hukum II Newton:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda, sebanding dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda, sebanding dan searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”
elemen getaran antara lain:
- massa
- pegas
- gaya eksitasi
- peredam
- massa
- pegas
- gaya eksitasi
- peredam
Free vibration (getaran bebas) : Yaitu jika getaran
berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam
sistem itu sendiri tanpa ada pengaruh gaya dari luar.
Forced vibration (Getaran paksa) : Yaitu getaran yang
terjadi karena rangsangan gaya dari luar (exciting force). Bila rangsangan gaya
luar berosilasi, maka sistem tersebut bergetar pada frekwensi rangsangan itu.
Jika salah satu dari frekwensi natural tersebut sama dengan frekwensi
rangsangan, maka akan terjadi resonansi (bunyi).
Macam-macam getaran kapal
Getaran vertikal
(getaran lentur): Getaran ini menimbulkan getaran 2 node dan mempunyai
frekuensi natural yang sangat rendah (±100 rpm), mendekati frekwensi putaran
mesin utama sehingga menyebabkan resonansi yang menimbulkan kebisingan dan rasa
tidak nyaman bagi ABK maupun penumpang yang berada di atas kapal.
Getaran Horizontal: Frekwensi getaran ini pada umumnya 2 s/d 3 kali
frekwensi getaran vertikal sehingga tidak menimbulkan masalah pada kapal.
Getaran torsi : Getaran ini terjadi pada saat bagian tengah
dianggap tetap sedangkan bagian haluan dan buritan bergetar berlawanan yang
mengakibatkan terjadinya moment torsi.
Getaran lokal: Getaran ini terjadi pada bagian-bagian kapal
seperti; geladak, anjugan, frame di ruang mesin, poros propeller, bulkhead,
stern frame dll.
Getaran resonansi : Getaran yang terjadi apabila frekwensi dari
exiting force mendekati frekwensi massa sistem tersebut.
Penyebab terjadinya getaran
pada kapal:
Dari dalam kapal itu sendiri
a) Disebabkan karena adanya perbedaan frekwensi
dari masing-masing mesin yaitu mesin utama, dan mesin-mesin bantu maka akan timbul
unbalanced force yang mengakibatkan terjadinya getaran.
b) Pembuatan propeller sempurnya baik titik berat
maupun pitch-nya tetapi alignment/pemasangannya tidak sempurna sehingga terjadi
moment torsi.
c) Pembuatan daun propeller yang tidak sempurna yang
mengakibatkan titik berat dari propeller tersebut tidak tepat pada garis
centernya sehingga timbul unbalance force (gaya dorong yang tidak merata) pada
putaran propeller.
d) Pembuatan daun propeller sudah sempurna dengan
titik berat berada pada centernya tetapi pitch pada masing-masing daunnya tidak
sama sehingga gaya dorong terhadap air pada tiap-tiap daun tidak merata.
e)Pada kapal yang memakai twin screw terjadi getaran
apabila aliran fluida pada masing-masing propeller dan hull tidak sama.
f) Terjadi aliran vortex (pusaran air)
baik pada daun propeller maupun pada kemudi.
g) Besarnya daun propeller yang tidak seimbang
dengan bentuk hull pada bagian buritan yang mengakibatkan tekanan air terlalu
besar.
Getaran yang disebabkan oleh
gelombang
Karena hempasan : Dapat mengakibatkan terjadinya slamming,
bow flare, shipping green (wave impact yang mengakibatkan whipping vibration).
Karena Alunan Gelombang (wave induced ship hull
vibration) : Gelombang kecil (alunan) yang dialami oleh kapal mengakibatkan terjadinya
springing vibration dan dapat menimbulkan resonansi.
Getaran dari kamar mesin
Hal ini disebabkan
pada ruang mesin terdapat main engine dimana mesin ini sebagai mesin utama
kapal.
Berikut adalah metode pengukuran getaran.
Berikut adalah metode pengukuran getaran.
Metode Impact
Teknik
pengukuran jenis ini digunakan untuk menentukan frekuensi alami dari materi
struktur dan peralatan tertentu. Biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan
pada perancangan plat, panel dan penegar pada bagunan atas dan dinding tangki
di area kamar mesin sebelum kapal selesai dikerjakan secara total. Jika
terdapat indikasi adanya frekuensi natural yang berbahaya dari propeller dan
main engine, perubahan pada waktu ini masih murah untuk galangan kapal.
Struktur
alat biasanya di bagian atasnya terdapat dua sampai delapan accelerometer yang
telah di pasang sebelum di beri magnet dengan tangan. Di pukul secara tidak
berirama dengan palu, palu tersebut dipasangi bantalan karet pada permukaan
pukulnya dan terdapat peralatan tambahan berupa accelerometers untuk pengukuran
benturan paksa (berat palu telah diketahui). Sebagai hasilnya, komponen
mendapatkan local deflect dan bergetar pada frekuensi naturalnya. Melekat
dengan transfer function, dan secara terus menerus dimonitor pada FFT anlyser,
menandai ketika pengukuran bisa dihentikan.
Electronic System
Pada
umumnya, pengukuran getaran terutama lebih disukai menggunakan suatu sistem
electronik yang menghasilkan suatu rekaman yang bersifat permanen. Alat
Transducers memungkinkan untuk menghasilkan sinyal yang proporsional atau
sebanding untuk akselerasi, percepatan atau pergantian jarak (displacement).
Perekam pada sistem elektronik ini dapat di buat baik dari magnetic tape,
kertas osilograf, atau di dalam format digital (computer).
Penggunaan
kertas osilograf selema pengetesan getaran dimaksudkan agar jejak getaran bisa
diperiksa secara langsung dan hal tersebut akan sangat menolong dalam
mengevaluasi getaran yang ada. Ketika displacement dari pada percepatan dan
akselerasi direkam, sinyal frekuensi rendah yang diinginkan berhubungan dengan
gerakan suatu getaran yang penting adalah komponen utama yang harus direkam.
Lalu, rekaman siap di evaluasi sejak dibawah kemungkinan frekuensi tinggi
dengan amplitudo displacement yang rendah. Perlengkapan harus tersedia untuk
pengendalian sistem yang sesuai guna mengakomodasi range amplitudo yang lebar.
Transducers
dapat digunakan sesuai dengan media yang diukur getarannya. Adapun berbagai
macam tipe dari transducers itu sendiri adalah sebagai berikut :
1) Transducer dengan ikatan baut pada
permukaan uji dengan menggunakan ulir
2) Transducer
dengan ikatan semen pada permukaan uji
3) Transducer dengan ikatan lapisan lilin
4) Transducer dengan magnet permanen
dilekatkan pada permukaan ferromagnetic.
5) Transducer dipasang pada keranjang
pada permukaan yang diuji
6) Transducer
di pegang langsung dengan tangan terhadap permukaan uji.
Vibration Analyzer
Suatu alternatif dengan biaya yang cukup murah dalam pemantauan secara
kontinu sinyal getaran adalah dengan mengambil data getaran dari mesin pada
interval waktu rutin melalui alat vibration analyzer genggam yang dapat
menampilkan output analisa getaran langsung ditempat seperti (nilai
puncak, filter, RMS dan lainnya) dan spektrum FFT. Alat genggam ini
dilengkapi dengan sebuah accelerometer vibration pick-up, sehingga
teknisi pemeliharaan dapat secara aman menyentuh bagian yang akan dipantau pada
tiap mesin dalam pemeriksaan rutin seperti ilustrasi pada gambar berikut.
Kondisi-kondisi dalam
pengukuran
Pengetesan
getaran di kapal disituasikan di bawah kondisi yang telah disetujui oleh
galanagn dan pemilik kapal. Berikut adalah kondisi-kondisi yang pada umumnya
dilakuakan pengukuran getaran.
Kondisi Lingkungan
- Keadaan
Laut
Pengetesan
harus dikondisikan pada keadaan laut tidak lebih dari persyaratan di bawah
sejauh bisa dipraktekkan :
Sea
state 1 untuk perahu kecil
Sea
state 2 untuk kapal kecil (<10.000 ton)
Sea
state 3 untuk kapal besar (>10.000 ton)
- Kedalaman
Air
Pengetesan
harus dilakukan tidak kurang dari 5 kali tinggi sarat kapal, dengan mesin yang
berjalan pada kondisi normal. Jika kapal beroperasi pada air dangkal, kedalaman
selama pengetesan bisa dianggap sebagai kondisi kedalaman normal.
Kondisi bermuatan
Kapal
diballasting sampai pada displacement dan trim mungkin seperti pada kondisi
operasi normal dengan kapasitas ballasting yang biasa dari kapal. Sarat kapal
bagian belakang harus dipastikan bahwa propeller benar-benar tenggelam.
Kondisi berjalan kapal
Test
harus dikondisikan pada kondisi berjalan berikut :
-
Free route run
Kondisi
dimana kapal berjalan pada kecepatan konstan dan berjalan biasa atau
penyesuaian kemudi.
-
Manuver
Test juga dikondisikan pada manuver-manuver berikut
:
·
Hard turn port
·
Hard turn starboard
· Crashback
B. Teknik
Pengukuran Kebisingan di Kapal
Di
dalam kapal selain getaran, tingkat kebisingan juga di ukur. Hal ini merupakan
salah satu cara untuk meminimalisir kebisingan yang terjadi di dalam kapal
terutama ruang kerja dan ruang akomodasi. Sumber kebisingan adalah tempat utama
yang harus dilakukan pengukuran kebisingan. Dari sumber kebisingan kemudian
menuju ke tempat yang paling dekat dengan sumber kebisingan. Kemudian di
lanjutkan ke tempat dengan tingkat kebisingan minimal.
Sleeping
area merupakan tempat yang harus mempunyai tingkat kebisingan tidak boleh lebih
dari 60 dB menurut aturan dari IMO. Hal ini disebabkan karena di sleeping area
awak kapal tidak boleh mendengarkan suara bising yang dapat mengganggu waktu
istirahat mereka. Jika kebisingan merambat ke dalam sleeping area maka di
perlukan sebuah redaman suara untuk mengurangi tingkat kebisingan didalam
sleeping area tersebut. Jika tidak dilakukan maka keselamatan kesehatan awak
kapal akan terganggu dan dapat merusak kesehatan mereka atau cacat permanen
seperti tuli.
Metode
pengukuran tingkat kebisingan cukup sederhana yaitu menggunakan sound level
meter. Penggunaan alat ini cukup mudah karena alat ini cukup peka terhadap
suara yang ada disekitarnya. Satuan yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan adalah desibel (dB). Bentuknya yang simple bisa dipergunakan kapan
saja dan dimana saja. Jadi ketika kita memakai alat ini untuk mengukur
kebisingan dapat kita lihat hasilnya di monitor dari alat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar