Keindahan
2. Pengertian Keindahan dari Luasnya Sudut Pandang
Menurut luasnya sudut pandang
keindahan dapat dibedakan atas:
1.
Keindahan
dalam arti luas.
The Liang Gie menjelaskan bahwa
keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato
menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.. Jadi
pengertian yang seluas-luasnya meliputi :
·
keindahan
seni
·
keindahan
alam
·
keindahan
moral
·
keindahan
intelektual.
2.
Keindahan
dalam arti estetik murni.
Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut
pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserapnya
3.
Keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang terbatas,
mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda – benda
yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna,
bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah
suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara
benda itu dengan si pengamat.
III.3.
Pengertian Keindahan Menurut Para Ahli
Filsuf
dewasa ini merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat antara
pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal relations of our
sense perceptions). Sebagian
filsuf lain menghubungan pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure),
yang merupakan sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau pendengaran.
Filsuf abad pertengahan Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan, bahwa keindahan
adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Berikut
adalah beberapa pendapat ahli tentang keindahan :
1. Keindahan adalah sesuatu yang
rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy).
2. Keindahan adalah keseluruhan yang
merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu
sarna lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of
parts in their manual relations and in their relation to the whole
(Baumgarten).
3. Yang indah hanyalah yang baik. Jika
belum baik ciptaan itu belurn indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan
moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena
tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer).
4. Keindahan dapat terlepas sarna
sekali dari kebaikan (Winehelmann).
5. Yang indah adalah yang rnemiliki
proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harrnonis itu nyata, maka
keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata
dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury). .
6. Keindahan adalah sesuatu yang dapat
mendatangkan rasa senang (Hume).
7. Yang indah adalah yang paling banyak
mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya
paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).
III.4. Nilai
Estetik dari Sebuah Keindahan
Kata
estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya perasaan atau sensitivitas,
karena memang pada awalnya pengertian ini berhubungan dengan lidah dan
perasaan. Dalam pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu
yang mempelajari keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian ini berdasarkan
pada perasaan bila kita memandang sesuatu obyek dan obyek itu dapat memberikan
rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalurdengan kata tersebut, maka dapat
dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Dalam perkembangannya,
pengertian ini, kemudian berubah meluas, tidak lagi berkaitan dengan lidah dan
perasaan, tetapi berhubungan dengan pikiran, etika dan logika. Teori The Liang Gie menjelaskan bahwa,
pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya
nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan
disebut Nilai Estetik.
Dalam bidang
filsafat, istilah nilai seringkali dipakai sebagai suatu kata benda abstrak
yang berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Dalam dictionary of
sociology and related sciences diberikan perumusan tentang value (nilai)
sebagai berikut :“The believed capacity
of any object to satisfy a human desire. The quality of any abject which causes
it to be on interest to an individual or a group”. ( kemampuan yang
dipercaya ada pada sesuatu benda untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sifat
dari sesuatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau sesuatu
golongan). Hal itu berarti, bahwa nilai ini adalah semata-mata adalah realita
psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat
dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu dianggap
terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya. Tentang nilai itu
ada yang membedakan antara nilai subjektif dan objektif, atau ada yang
membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan.
III.5. Macam –
macam Nilai Estetik dari sebuah Keindahan
1. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik
dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya
(instrumental/contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau
membantu.
2. Nilai instrinsik adalah sifat baik
dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi
kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
·
Puisi,
bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, bait,
sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan
kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai instrinsik.
·
Tari, tarian
Damarwulan-minakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam
jenis pakaian dan gerak-geriknya. Tarian itu merupakan nilai ekstrinsik,
sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan
kejahatan merupakan nilai instrinsik.
III.6. KONTEMPLASI
DAN EKSTANSI
Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera
biasa. Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh faktor
kontemplasi dan ekstansi.
1. Kontemplasi
Adalah dasar dalam
diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Suatu proses
bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai makna, manfaat, dan tujuan, atau niat hasil penciptaan. Disamping
itu seni menurut waetaknya akan berpadu dengan keindahan karena itu menurut
logika deduktiv dapat dikatakan bahwa keindahan dalam seni juuga harus di
kontemplasikan.
2. Ekstansi
Adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan
dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu
itu indah.
III.7. Alasan Manusia Menciptakan Keindahan
Keindahan
pada dasarya bersifat adalah alamiah. Alam ciptaan Tuhan. lni berarti bahwa
keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula
kurang. Kalau pelukis melukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenamya,
justru tidak indah. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh
motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa
pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai
kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai
keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Berikut adalah tujuan manusia
menciptakan keindahan :
1. Tata Nilai yang Telah Usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang
sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan
yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa.
2. Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan
ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari
tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan
seksual.
3. Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita.
Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang
membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa. serakah, tidak
berhati-hati dan sebagainya. Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik
dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan
tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karena tidak bermanfaat
bagi kemanusiaan.
4. Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan
alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam
merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja
keindahan ciptaan Tuhan itu. Seindah-indah tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak
akan menyamai keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri.
III.8. Makna Keindahan dan Macam – macam Pengelompokan Keindahan
Apa itu keindahan? kita tidak bisa
mengetahui arti keindahan, samapai kita dapat mengagumi keindahan itu sendiri
dan mengagumi yang menciptakan keindahan. ada yang berpendapat, keindahan
adalah keserasian ciptaan, harmoni dan keselarasanya. ada juga yang memiliki
keserasian, tetapi belum bisa disebut indah. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan itu terangkum dalam beberapa hal seperti keceriaan, keelokan,
kebagusan bentuk dan kelembutan.
Melihat demikian beragamanya pengertian keindahan, sebenarnya, kita bisa
menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian tersendiri, Adapun
pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah sebagai berikut :
1. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau
landasannya.
Dalam hal ini ada dua pengertian
keindahan, yaitu yang bertumpu pada obyek dan subyek, Yang pertama, yaitu
keindahan yang obyektif, adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya
sementara kita sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua; yang disebut keindahan
subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subyek yang
melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (subyek)
tanpa dicampuri keinginan-keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan·kebutuhan
pribadi si penghayat.
2. Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.
Bertitik tolak dari landasan ini
kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindalan
sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih
tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa Inggris yang mengenalnya istilah
beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian
yang kedua, yaitu benda atau hal·hal tertentu yang memang indah.
3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya.
Dalam pengelompokan ini kita bisa
membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik
murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The
Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya
dari pemikiran Plato, yang menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang
indah: Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga
menyenangkan
Dari apa yang dikemukakan di atas, ada hal bisa kita petik, yaitu: Pertama,
keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu
keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai
pengertian mempunyai makna yang relatif, yaitu sangat tergantung kepada
subyeknya.
Pengertian keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan
semata-mata, tetapi sekaligus kenikmatan spiritual. Itulah sebabnya Al-Ghazali
memasukkan nilai-nilai spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur
keindahan, di samping sudah . barang. tentu unsur-unsur yang lain.
III.9. RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung yang berarti berdiam diri memikirkan
sesuatu secara mendalam dalam rangka memperbaiki diri dari tingkah laku yang
kurang indah yang merupakan siatu bentuk koreksi diri. Merenung juga bisa
berari mengevaluasi diri dari berbagai kesalahan, kealpaan dan dosa, baik
itu terhadap orang lain maupun Tuhan. Sedangkan
merenung dalam rangka mengevaluasi pengetahuan yang dimiliki disebut
berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mempunyai karakteristik tersendiri yaitu :
1. Menyeluruh
artinya mengunakan seluruh pengetahuan yang dimiliki, bukan hanya ditinjau dari
sudut pandanfan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan
antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral seni
dan tujuan hidup.
2. Mendasar
artinya berpikir sampai pada akar permasalahanya sampai kepada hasil yang
fundamentas (ke luar gejala). Sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi
segenap bidang keilmuan.
3. Spekulatif
artinya pemikirannya dapat dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya.
Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah
pengetahuan yang baru.
Renungan yang berhubungan dengan keindahan
didasarkan atas tiga teori yaitu ;
a.
Teori pengungkapan, seni
merupakan pengungkapan kesan kesan keindahan
b.
Teori metafisika, seni merupakan
duni tiruan dari suatu realitas
c.
Teori Psikologi menyatakan bahwa
proses penciptaa seni adalah pemenuhan keinginan bahwa sadar seorang seniman
III.10.KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar
rasi, artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai
itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan,ukuran dan seimbang.
III.11. KEHALUSAN
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar
(perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti
sifat-sifat yang halus. Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik
dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai
lawannya ialah sikap kasar atau sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap
sombong, bersikap kaku sikap orang yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu
kehalusan dapat menunjukan nilai keindahan seseorang dan sikap kasar bisa
mengurangi nilai keindahan dari seseorang.
Kehalusan dalam bertingkah laku berhubungan dengan perbuatan
lemah lembut, sopan santun, dan budi pekerti yang baik. Manusia yang tidak
memiliki kehalusan dalam tingkah laku dapat membawa kearah hipokrit, munafik,
tidak bertangung jawab, fiodal, kamuflase, berwatak plin plan, boros, tukang
tipu dll. Dengan demikian sikap halus atau lembut merupakan gambaran yang
tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Sikap halus harus dimulai dari
keluarga karna dari sinilah akan mampu diaplikasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, hingga bisa mewujudkan ketentraman dan kesejahtraan. Jadi pada
intinya kehalusan seseorang dalam bertingkah laku sangat menekankan pada
kejujuran, kesetian, kesopan dan keramahtamahan.
III.12. Hubungan Antara Manusia dan Keindahan
Persepsi
manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain itu tidak sama.
Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak
yang menjadi sumber kehendak atau keinginan terhadap keindahan itu sendiri.
Persepsi keindahan yang muncul dari akal dan budi dapatlah disebut keindahan
alam arti yang sebenarnya; sedangkan keindahan yang muncul dalam dorongnan
nafsu merupakan Keindahan Semu. Keindahan seperti itu tentu saja tidak akan
diterima oleh “Kemanusiaan”manusia, yaitu akal dan budi, karena keindahan
seperti itu bukannya untuk menyempurnakan “Kemanusiaan manusia”, melainkan
justru sebaliknya. Berbicara tentang keindahan tak akan lepas dari pengertian
Objektif maupun Subjektif. Artinya ada Keindahan Objektif dan Keindahan
Subjektif. Secara asasi keindahan Objektif, ada pada sesuatu benda atau barang.
Sifatnya abadi dan universal, selama
benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan yang abadi tidak terikat
oleh waktu dan perkembangan mode. Disenangi atau tidak ia tetap ada. Keindahan
objektif tidak tergantung kepada asas kegunaan (manfaat) lahiriah ataupun yang
bersifat material. Keindahan subjektif sangat bergantung kepada selera
perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi
bagi masing-masing individu. Jadi sangat relatif. Artinya sebuah benda sangat
bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin
sangat tidak disenangi. Menurut John Keats, keindahan objektif disamakan dengan
kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Sebab
keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu Universal dan Abadi. Disamping itu
juga mempunyai daya tarik yang selalu bertambah jelasnya tidak ada keindahan
jika tidak mengandung kebenaran, dan yang tidak mengandung kebenaran tidak
indah. Supaya orang tidak terjerumus kedalam “keindahan semu” maka orang itu
selalu mempertemukan keindahan subjektif dengan keindahan objektif. Orang itu
harus berupaya mempertemukan selera atau minat orang yang bersangkutan dengan
selera atau minat akal budinya. Seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi
mulia, bila orang tadi memiliki rasa keindahan atau minatnya terhdap keindahan
cenderung kepada keindahan objektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar