WELDABILITY,
WELDING METALLURGY, WELDING CHEMISTRY.
Sambungan
las merupakan bagian penting dari stuktur/bangunan yang dilas, dan kunci dari
logam induk yang baik adalah kemampuan las (weld ability). Kemampuan las yang
baik dan kemudahan dalam fabrikasi dari suatu logam merupakan pertimbangan
dalam memilih suatu logam untuk konstruksi. Kemampuan untuk dilas ditentukan
oleh beberapa faktor, diantaranya:
- Welding
Metallurgy ( Metalurgi las)
- Welding
Chemistry ( Kimia Pengelasan)
- Kondisi
Permukaan Sambungan
- Geometri
(bentuk) Sambungan
Welding Metallurgy, adalah perubahan yang terjadi dalam
suatu logam yang mengalami berbagai macam efek mekanis dan panas dalam suatu
proses pengelasan. Welding Metallurgy tergantung dari susunan atom dan
bagaimana suatu susunan atom tersebut dipengaruhi oleh gaya dan panas. Jenis susunan atom logam
menyebabkan perbedaan sifat mekaniknya.
Dengan
demikian kita dapat melihat hubungan perlakuan metalurgi terhadap logam
yaitu pemanasan awal, pemanasan akhir,
pelepasan tegangan dll dengan kemampuan mekanis yang diakibatkannya.
Welding Chemistry merupakan hubungan secara kimiawi
diantara logam induk, logam pengisi, dan bahan kimia lain yang ada pada proses
pengelasan.
Kemampuan
logam induk dan logam pengisi untuk berfusi tanpa menyebabkan suatu efek kimia
yang buruk merupakan hal yang penting dalam hubungannya dengan weld ability.
Joint Surface Condition (kondisi permukanan
sambungan) dan Joint Geometry
(
bentuk sambungan) merupakan faktor akhir yang mempengaruhi kemampuan untuk
dilas (weld ability). Kondisi permukaan sambungan termasuk efek dari kekasaran
dan kebersihan permukaan sambungan. Bentuk/geometri dari sambungan juga mempengaruhi kemampuan
dilas. Jumlah tegangan juga mempengaruhi kemampuan dilas.
Meskipun
persoalan weld ability dapat diatasi oleh para insinyur tetapi welding
Inspector harus tetap mengingat bahwa problem weld ability masih tetap ada.
Cacat las yang berulang atau bukan karena kesalahan welder harus dicatat dan
dilakukan perbaikan. Dengan mengetetahui metalurgi pengelasan dan kimiawi
pengelasan Welding Inspector lebih mampu mengantisipasi problem weldability
dengan mengetahui tanda-tanda awal.
METALURGI
LAS
Metalurgi
adalah ilmu tentang struktur logam dan hubungannya struktur tersebut dengan
kemampuan logam tersebut. Topik-topik yang Berhubungan dengan pengelasan adalah
:
1. Padatan
dan cairan
2. Pelelehan
dan pembekuan
3. Ekspansi
panas
4. Perlakuan
panas
5. Difusi
6. Campuran
dan paduan
Padatan
dan cairan.
Perbedaan
utama antara keadaan padat dan keadaan cair adalah dalam jumlah energi yang terkandung
di dalamnya, logam cair lebih banyak energinya dibandingkan logam padat.
Ditinjau dari strukturnya dalam keadaan padat susunan atom lebih stabil
sedangkan dalam keadaan cair atom bergerak bebas.
Bentuk
padat dan cair dari logam.
Dalam
keadaan padat tiap atom menempati kedudukan tertentu, atom-atom tersusun baris
demi baris, lapisan demi lapisan, tiga dimensi , simetris, struktur bentuk
kristal atau berpola. Konfigurasi atom-atom tersebut dalam keadaan padat
memberikan sifat fisika, mekanik, kimia, dan listrik.
Posisi
Atom dalam keadaan padat.
Dalam
posisinya atom-atom tersebut bergetar, getaran atom tersebut tergantung dari
temperatur logam tersebut. Semakin panas gerakan atom makin besar dan bisa
terlepas dari tempatnya jika logam dalam keadaan cair.
Kenaikan temperatur
menyebabkan atom-atom menyebar.
Mencair dan Membeku.
ketika logam dipanaskan dan
mencair atom bergerak sangat energik dengan pergerakan bebas,maka panas
menyebar dengan cara konveksi atau konduksi dari tempat yang panas ke daerah
dingin. Dalam pengelasan aksi pergerakan atom dipercepat dengan adanya tenaga
magnetik, tekanan busur listrik, atau tekanan dari semburan gas, dan gerakan
dari elektroda. Pada akhirnya atom-atom dari logam induk bercampur dan menyatu
dengan atom-atom dari logam las. Pembekuan logam baru terjadi bila atom-atom
kehilangan energi karena pendinginan dan kemudian menyusun diri menjadi
struktur kristal.
Kehilangan panas menjadikan atom2 menyusun
diri.
Pengelasan dilihat di mikroskop. Pada logam padat atom-atom cenderung
menyusun diri dalam garis, baris dan lapisan membentuk struktur kristal 3
dimensi. Stuktur kristal logam yang umum adalah BCC(body centered cubic),
FCC(face centered cubic), dan HCP(hexagonal close packed).
Beberapa logam misal besi
mempunyai beberapa struktur yang berbeda tergantung dari temperaturnya.
Baja mempunyai beberapa fasa yaitu
austenit, ferit, perlite, bainit, martensit. Pada suhu 1333 F dengan kadar 0,3
% C berbentuk ferit dan pearlit. Diatas 1333 F fasa berupa campuran austenit
dan ferit, dan di atas 1550 F berupa austenit.
Dengan membuat variasi laju pendingan dari
austenit kita dapat mengatur fasa dari baja. Pendinginan cepat menyebabkan baja
berbentuk martensit, pendinginan lambat baja berbentuk ferit dan perlit,
sedangkan pendinginan menengah berbentuk bainit.
Baja yang berbentuk martensit membutuhkan
perlakuan panas berupa “tempering”. Tempering dilakukan dengan memanaskan baja
antara 100 – 1300 F untuk melunakkan, pada temperatur rendah tidak terlihat
adanya perubahan fasa, tetapi kekuatan dan kekerasan menurun, sedangkan
ketangguhan dan keuletan meningkat.Perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar
8
Pengaruh Tempering
Daerah logam induk yang terkena
pengaruh panas pengelasan disebut daerah Heat affected Zone (HAZ). Pada daerah
HAZ ini terjadi kecenderungan kekerasan yang tinggi dan keuletan yang rendah.
Untuk mengurangi kecenderungan ini dilakukan perlakuan panas yang disebut
dengan pemanasan awal (pre heat). Dengan memanaskan logam induk sebelum dilas
pada temperatur 150 – 700 F (65 – 370 C), kecepatan
pendinginan (cooling rate) akan menurun. Dengan melambatnya pendinginan
terbentuknya struktur martensit dapat dihindari, akan terbentuk struktur bainit
atau ferit – perlit yang lebih lunak tetapi lebih ulet, sehingga mengurangi
kecenderungan pecah pada las dan daerah HAZ.
Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan
pendinginan adalah masukan panas (heat input), semakin banyak masukan panas
maka kecepatan pendinginan turun. Hal tersebut diatasi dengan menggunakan
diameter elektroda yang kecil, arus yang lebih rendah dan kecepatan pengelasan
(traveling speed) yang lebih tinggi, dengan kata lain masukan panas yang lebih
kecil. Besar masukan panas dapat dihitung dengan rumus :
J = Arus listrik x tegangan x 60/Kecepatan
pengelasan
Faktor Metalurgi lain
1. Fatigue
(Kelelahan).
Semua las dirancang untuk tahan deformasi
plastis yang diakibatkan beban (sampai yield point), kecuali akibat kelelahan.
Bahan yang dilas dirancang untuk beban yang rendah untuk menghindari kelelahan.
2. Bentuk
Permukaan.
Faktor lain yang penting untuk menghindari
kelelahan adalah bentuk permukaan. Bentuk yang tajam menghasilkan ‘penaik
stress”. Kepecahan dengan bentuk yang tajam dapat menaikkan stress sampai 10
kali lipat. Under cut dapat menaikkan stress 3 – 5 lipat, dan las yang keriting
menaikkan stress 2 – 3 kali lipat.
3. Struktur
dalam.
Ketika cairan logam membeku menjadi ingots
besar mempunyai struktur tuangan. Ingots tersebut dibentuk menjadi pelat
mengalami pengerolan yang menyebakan butir logam menjadi pipih dan mempunyai
sifat mekanik yang buruk (keras, getas). Kekuatan mekanik sangat baik pada arah
pengerolan dan buruk pada arah melintang dari pengerolan.
Ekspansi Panas.
Karena pengaruh suhu logam akan mengalami
pemuaian dan pengerutan, hal ini karena getaran atom-atom yang berubah.Pada
gambar 7.14, pada gb. a logam dalam keadaan lurus, gb. b dipanaskan pada satu
sisi panas menyebar tidak merata , pada bagian atas lebih panas dari bagian
bawah, gb. C pemanasan diteruskan menyebabkan terbentuk cairan dan bagian bawah
mulai melengkung, gb. d pemanasan dihentikan, maka terjadi pendinginan, gb. e
pendinginan berlanjutterjadi pembekuan, terjadi bentuk cekung, gb. f terjadi
tegangan sisa yang kecil. Bila pelurusan dilakukan pada waktu masih terjadi
pemanasan dan pendinginan maka tegangan sisa yang terjadi lebih besar lagi.
Untuk menghindari tegangan sisa maka sebelum
pengelasan dilakukan pemanasan awal pada logam induk, untuk menghindari retak.
Diffusi.
Atom-atom pada logam dalam keadaan cair lebih
mudah berpindah tempat, contohnya emas dan timah putih, baja dengan atom
Hidrogen. Jika dalam pengelasan atom-atom hydrogen berdifusi kedalam logam
menyebabkan logam tersebut berporous, yang menyebabkan menjadi dan bahkan
keretakan.
Solid Solubility (pelarutan padat)
Dua buah logam yang berbeda misal emas dengan
timah putih yang disatukan, masing-masing atom dari kedua logam tersebut saling
berpindah/bertukar tempat ini yang disebut dengan pelarutan padat.
Hal ini dapat dimanfaatkan pada pengerasan
logam misalnya baja (untuk gir), jika baja yang ditaruh dilingkungan karbon
dipanaskan pada suhu 1600 – 1700 F maka atom-atom karbon berdifusi masuk ke
dalam baja, menjadikan baja lebih keras dan tahan aus.
KIMIA PENGELASAN.
1. Pelindung.
Pada waktu pengelasan berlangsung logam las
dalam keadaan cair harus dilindungi dari unsur-unsur yang tidak dingiinkan,
yaitu carbon, oxygen, hydrogen, dan nitrogen. Unsur-unsur tersebut terdapat
pada udara, flame, pengotoran permukaan.
Pada SMAW perlindungan berasal dari penguapan
elektroda(flux), pada tungsten arc welding, pelindung dari gas melalui stang
las. Pada Las SAW pelindung berasal dari bubuk fluks.
2. Komposisi
logam las.
Komposisi logam las terdiri dari bermacam
sumber, yaitu logam induk, logam las, fluks, pelindung. Ada pengelasan yang tidak menggunakan filler
metal, seperti pengelasan titik, pengelasan pelat, berarti logam las berasal
dari logam induk itu sendiri.
3. Kimia
Pengelasan dari logam induk yang spesifik.
Komposisi logam induk dan logam las harus
sama untuk mendapatkan hasil pengelasan yang paling baik. Biasanya elektroda
dirancang untuk bisa mengelas semua logam induk. Ketika prosentase karbon
meningkat kemampuan las turun. Jika kadar karbon antara 0,15 % - 0,30 % secara
umum mudah dilas. Jika lebih dari 0,3 % menjadi sulit dilas , harus dilakukan
pemanasan awal.
4. Perhitungan
Carbon Equivalent.
Sifat mampu las dari baja tergantung dari
komposisi kimia dari logam induk. Rumus untuk mengetahui mampu las suatu baja,
didasarkan pada besarnya Carbon Equivalent (Ceq). Besar carbon equivalent
dihitung sebagai berikut:
Ceq = % C + 1/6(% Mn + % Si) + 1/5(%Cr + %
Mo)+ 1/15(% Ni + % Cu).
Jika Ceq bernilai sampai 0,4 disarankan logam
induk dipanaskan pada suhu 200 – 400 F. Jika nilai Ceq 0,4 - 0,6 pemanasan awal
pada suhu 400 – 700 F.
Jika Ceq dia atas 0,4 low hydrogen dianjurkan
, dan pemanasan akhir dianjurkan.
5. Kimia
Pengelasan dari stainless steel.
Dalam lingkungan yang sangat korosif baja
tahan karat mengalami korosi dengan kecepatan yang tinggi. Baja tahan karat
mempunyai kadar Chromium paling sedikit
12 %. Ada empat
jenis baja tahan karat yaitu feritik, martensitik, austenitic, dan
precipitation hardening. Tiga jenis yang dimuka mempunyai fasa yang stabil di
suhu kamar, sedangkan yang ke empat membutuhkan precipitation hardening, yaitu
kebalikan dengan quenching dan tempering. Baja tahan karat feritik mudah dilas
dengan hampir segala jenis electrode, sedangkan yang baja tahan karat
martenstitik membutuhkan pemanasan awal dan akhir.
6. Kimia
Pengelasan dari aluminium paduan.
Paduan aluminium mempunyai lapisan aluminium
oksida di permukaannya yang menyebabkan aluminium sulit dilas Untuk bisa dilas
harus dihancurkan dulu lapisan aluminium oksidanya. Untuk mengelasnya harus
digunakan las listrik dengan arus bolak-balik (AC).
7. Kimia
Pengelasan dari Paduan Tembaga.
Tidak seperti baja, tembaga murni dan
paduannya tidak dapat dikeraskan dengan quenching dan tempering. Paduan
aluminium dikerjakan dengan pengerjaan dingin
8. Kimia
Pengelasan Dari Logam yang Reaktif.
Perlakuan khusus dan perlindungan las
diperlukan untuk tantalum dan zirconium yaitu pengelasan harus dilakukan dalam
ruangan yang di atur atmosfernya. Untuk titanium cukup perlindungan penuh dalam
pengelasannya.
9. Ringkasan.
Meskipun Welding Inspector tidak bertanggung
jawab pada pemilihan logam induk dan logam las, pemeriksaan las dan pembuatan
keputusan membutuhkan pengetahuan metalurgi yang cukup.
1.
Menambah
pemasukan panas menyebabkan:
a.
Menurunkan
cooling rate dan menurunkan kemungkinan retak
2.
Menambah
pemanasan awal menyebabkan :
a.
Menurunkan
cooling rate dan menurunkan kemungkinan retak
3.
Menambah
kandungan karbon menyebabkan :
a.
Menaikan
kemungkinan retak
4.
Proses
manakah biasanya dilakukan setelah quenching?
a.
Annealing
5.
Proses
manakah yang mengasilkan baja paling lunak ?
a.
Tempering
1.2.2.
Rangkuman
:walaupun Welding Inspector tidak bertanggung jawab terhadap pemilihan logam
induk dan las, akan tetapi pemeriksaan tetap berpegang pada prinsip metalurgi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar